KETRAMPILAN
DASAR KEBIDANAN
“SEKRET
VAGINA”
DOSEN
PEMBIMBING :
ERNA RAHMA Y, S.Kp.Ns, Sp.An
OLEH:
- Tri
Kusumaningtyas (1302460049)
- Efi
Nofitasari
(1302460050)
- Sri
Dayanti
(1302460051)
- Siska
Tri Cahyani (1302460052)
- Dwi
Novitasari (1302460053)
- Trinanda
Qonitah (1302460054)
- Muji
Setyo Laili L (1302460055)
-
Stevani
Basuki Putri (1302460056)
KEMENTRIAN
KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK
KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN
KEBIDANAN
PROGRAM
STUDI D-IV KEBIDANAN KEDIRI
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyusun makalah yang berjudul “Sekret Vagina“ untuk
memenuhi tugas mata kuliah Keterampila Dasar Kebidanan.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang, sekret vagina. Terselesainya makalah ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Finta Isti Kundarti, M.Keb selaku Kaprodi Poltekkes
Kemenkes Malang Prodi D-IV Kebidanan Kediri.
2. Erna Rahma Y, S.Kep.Ns,Sp.An selaku dosen
pembimbing mata kuliah Keterampila Dasar Kebidanan yang telah memberikan arahan serta bimbingan dalam penyusunan
makalah ini.
3. Teman-teman yang telah membantu dalam menyusun makalah ini.
4. Semua pihak yang telah membantu dalam menyusun
makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan
makalah ini.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Menjadi
cantik luar dan dalam umumnya didambakan oleh setiap wanita. Selain
faktor penampilan dan kepribadian, sebaiknya wanita juga memperhatikan
kesehatan terutama mengenai kesehatan reproduksi wanita. Salah satu
masalah kesehatan reproduksi wanita yang sering dikeluhkan adalah
keputihan. Tak jarang keputihan dapat begitu mengganggu hingga
menyebabkan ketidaknyamanan dalam melakukan aktivitas
sehari-hari. Diperkirakan sebanyak 75% wanita di Indonesia pernah
mengalami keputihan minimal satu kali dalam hidupnya.
Keputihan
(leukorrhea, vaginal discharge) adalah keluarnya sekret / cairan dari
vagina. Sekret tersebut dapat bervariasi dalam konsistensi, warna dan
bau. Keputihan dapat merupakan suatu keadaan yang normal (fisiologis)
atau sebagai tanda dari adanya suatu penyakit (patologis). Keputihan yang
normal biasanya tidak berwarna / bening, tidak berbau, tidak berlebihan dan
tidak menimbulkan keluhan. Sedangkan keputihan yang tidak normal biasanya
berwarna kuning/hijau/keabu-abuan, berbau amis/busuk, jumlah banyak dan
menimbulkan keluhan seperti gatal dan rasa terbakar pada daerah intim.
Vagina
memiliki mekanisme perlindungan terhadap infeksi. Kelenjar pada
vagina dan serviks / leher rahim menghasilkan sekret yang berfungsi sebagai
sistem perlindungan alami dan sebagai lubrikan mengurangi gesekan dinding
vagina saat berjalan & saat berhubungan seksual. Jumlah sekret
yang dihasilkan tergantung dari masing-masing wanita. Dalam keadaan normal,
kadang jumlah sekret dapat meningkat seperti saat menjelang ovulasi, stres
emosional dan saat terangsang secara seksual. Selain itu, terdapat flora normal
basil doderlein yang berfungsi dalam keseimbangan ekosistem
pada vagina sekaligus membuat lingkungan bersifat asam (pH 3.8-4.5) sehingga
memiliki daya proteksi yang kuat terhadap infeksi.
Ada
banyak penyebab dari keputihan namun paling sering disebabkan oleh
infeksi jamurcandida, bakteri dan parasit seperti Trikomonas yang menyebabkan peradangan pada
vagina dan sekitarnya. Keputihan yang harus diwaspadai adalah jika didapatkan
keputihan yang berwarna kuning/hijau/keabu-abuan/coklat, berbau tidak enak,
jumlah banyak dan menimbulkan keluhan seperti gatal dan rasa terbakar pada
daerah intim.
1.2 Rumusan
masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan
sekret vagina ?
2.
Apa yang dimaksud dengan keputihan/leukorrhea?
3.
Apa yang menyebabkan keputihan (leukorrhea)?
4.
Apa saja jenis keputihan?
5.
Bagaimana proses terjadinya dan gejala
penyakit keputihan?
6.
Apa saja macam-macam pemeriksaan sekret
vagina ?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1.3.1
Tujuan Khusus
Adapun tujuan
khusus dari makalah ini adalah menambah pengetahuan tentang “Sekret Vagina”.
1.3.2.
Tujuan Umum
1. Sebagai
pemenuhan tugas mata kuliah KDPK,
2. Menambah wawasan dan pengetahuan pembaca.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
PENGERTIAN SEKRET VAGINA
Sekret vagina, yang dikenal pula sebagai leukore, sangat lazim terjadi.
Apakah keadaan ini berkaitan dengan bau busuk? Meskipun sekret keputih-putihan
sering ada secara normal, sekret berbau busuk sering menunjukkan problem
patologis. Bau patologis yang paling sering ditemukan adalah bau seperti ikan
busuk yang berkaitan dengan penguapan amina yang dihasilkan oleh metabolik
anerobik. Apakah juga ada rasa gatal? Wanita dengan moniliasis (kandidiasis)
mengeluh mengeluarkan sekret putih kering yang terlihat sebagai “keju desa”
dengan rasa gatal hebat. Apakah wanita itu baru saja meminum obat-obatan,
seperti antibiotika? Antibiotika mengubah flora normal vagina, sehingga dapat
terjadi pertumbuhan Candida secara
berlebihan.
2.2
PATOFISIOLOGI
2.2.1 Sumber Cairan
1) Vulva
Cairan yang berasal dari vulva tidak termasuk sekret vagina
akan tetapi penderita mengeluh keputihan karena tidak mengetahui asal cairan
tersebut. Cairan ini dapat berasal dari kelenjar Bartholin yang mempunyai
peranan penting dalam pelumasan introitus dan mukosa vulva berupa lendir yang
meningkat pada aktifitas seksual. Lendir juga berasal dari daerah periurethral
tempat bermuaranya saluran Skene.
2) Vagina
Walau vagina tidak mempunyai kelenjar akan
tetapi cairan dapat keluar dari permukaan secara transudasi. Cairan bersifat
asam karena adanya asam laktat yang diproduksi oleh mikroorganisme terutama
bakteri Doderlein.
3) Serviks
Kelenjar mukosa serviks adalah penghasil lendir utama. Lendir
jernih, basah, jumlah dan kekentalannya bervariasi bergantung dari fase siklus
menstruasi. Jumlah terbanyak ialah saat ovulasi, selain karena pengaruh hormon,
juga disebabkan oleh hiperemia.
4) Uterus
Kelenjar endometrium yang sebelumnya tidak aktif, baru aktif
pada fase postovulasi dan sedikit dari cairan ini dapat turun ke vagina,
jumlahnya kecil sekali kecuali bila terjadi kelainan dalam hal vaskularisasi,
kelainan faktor endokrin, adanya neoplasma atau infeksi.
5) Tuba
Walau jarang tetapi mungkin terjadi dalam keadaan tertentu
misal salpingitis yang kemudian cairannya masuk uterus dan selanjutnya turun ke
vagina.
2.2.2
Komponen Sekret Vagina yang Normal
Sekret vagina terdiri dari beberapa komponen yang meliputi
air, elektrolit, mikroorganisme, sel-sel epitel dan senyawa organik seperti
asam lemak, protein dan karbohidrat. Komponen-komponen ini bergabung untuk
menghasilkan sekret vagina dengan pH kurang dari 4,5. Sel epitel berasal dari
epitel toraks serviks dan epitel gepeng vagina. Flora vagina yang normal
terdiri dari mikroorganisme yang mengkolonisasi cairan vagina dan sel epitel.
Leukosit, meskipun normalnya terdapat pada fase sekresi siklus menstruasi,
biasanya hanya ditemukan dalam jumlah kecil.
2.2.3
Pengaruh Hormon Seks
Cairan vagina dan flora mikroba dipengaruhi oleh hormon-hormon
seks. Peningkatan volume dan penurunan viskositas cairan vagina terjadi setelah
ovulasi, dalam hal ini hormon progesteron memegang peranan. Estrogen
meningkatkan kadar glukosa dalam cairan vagina. Tidak jelas apakah estrogen
meningkatkan pergantian glikogen atau kandungan glikogen sel-sel epitel, yang
kemudian dapat mempengaruhi jenis organisme yang mengkolonisasi epitel.
Sehingga wanita premenarche dan pasca menopause lebih banyak mempunyai bakteri
anaerob daripada wanita menstruasi. Wanita dalam masa reproduksi mempunyai
lebih banyak bakteri fakultatif yang sebanding termasuk laktobasilus daripada
wanita dengan kadar estrogen rendah.
2.2.4
Pengaruh pH dan Glukosa atas Flora Vagina
Dua faktor lain yang mempengaruhi jenis organisme yang
terdapat dalam flora vagina adalah pH dan terdapatnya glukosa. Kandungan
glikogen epitel vagina pasti meningkat pada wanita yang menstruasi (dalam masa
reproduksi) dibandingkan wanita yang tidak dalam masa reproduksi. Kandungan
asam laktat dalam vagina menimbulkan pH yang sangat asam (kurang dari 4,5).
Asam laktat diproduksi tidak hanya oleh metabolisme laktobasilus yang
menggunakan glukosa sebagai substrat tetapi juga oleh metabolisme bakteri lain
yang menggunakan glikogen sebagai substrat dan oleh metabolisme sel-sel epitel
vagina yang juga menggunakan glikogen sebagai substrat. Kemudian pH rendah ini
menyokong pertumbuhan organisme asidofilik seperti laktobasilus. Terdapatnya
laktobasilus mungkin menjadi pusat pembatasan pertumbuhan bakteri lainnya.
Kolonisasi laktobasilus vagina yang berat menghambat pertumbuhan organisme lain
melalui metabolisme sendiri dengan mempertahankan pH yang rendah dengan
menggunakan glukosa untuk menghasilkan asam laktat, dengan memproduksi hidrogen
peroksida yang menghambat pertumbuhan bakteri anaerob, dan dengan menggunakan
glukosa tersebut memusnahkan organisme lain karena substrat untuk
metabolismenya telah dipergunakan. Di antara wanita pasca menopause, kandungan
glikogen sel yang rendah karena pengurangan kadar estrogen diperkirakan bertanggung
jawab terhadap peningkatan pH vagina. Pada lingkungan pH yang tinggi ini efek
penghambatan dan persaingan laktobasilus dihilangkan dengan demikian
organisme-organisme lain terutama yang anaerob akan berproliferasi.
2.2.5
Mikro-Ekosistem Epitel Vagina
Sel-sel epitel mempunyai tempat bagi perlekatan bakteri dan
kemampuan bakteri tertentu untuk menempati tempat tersebut berbeda-beda di
antara pasien yang satu dengan lainnya. Beberapa wanita sangat rentan terhadap
infeksi karena selnya mengandung tempat yang mudah dilekati bakteri. Flora
normal yang menempel pada sel-sel epitel vagina dan merupakan mikro-ekosistem
epitel vagina akan menghambat pertumbuhan organisme patologik yang berlebihan
dengan paling sedikit dua mekanisme. Pertama flora normal pasti menggunakan
kedua zat gizi substrat yaitu glukosa dan glikogen. Kedua dengan menghasilkan
produk metabolik yang menghambat penempelan dan proliferasi organisme yang
berpotensi patogen. Analog dengan mikro flora oral, vagina mungkin mengandung
banyak ekosistem mikroba tersendiri, yang bervariasi dalam jarak beberapa
milimeter di dalam epitel vagina.
2.2.6
Mikroorganisme yang Terdapat dalam Sekret Vagina yang Normal
Organisme yang ditemukan pada sekret vagina dalam konsentrasi
setinggi 10 satuan pembentuk-koloni/mm3 cairan. Konsentrasi organisme anaerob
biasanya kira-kira 5 kali konsentrasi organisme aerob. Rata-rata 5-10 organisme
ditemukan dari vagina, meskipun pengambilan bahan contoh ulangan dapat
menemukan lebih banyak bakteri. Organisme fakultatif yang paling menonjol
adalah spesies laktobasilus, korinebakteria, streptokokus, stafilokokus
epidermis dan Gardnerella vaginalis. Sebenarnya semua wanita paling sedikit
mempunyai satu organisme fakultatif dan salah satu organisme fakultatif ini
dapat ditemukan pada 40-80% wanita. E. coli, merupakan organisme koliformis
virulen yang tersering ditemukan, dapat ditemukan dari hanya kira-kira 20%
wanita dan pada wanita inipun hanya terdapat secara sepintas. Organisme anaerob
yang paling menonjol adalah peptostreptokokus, peptokokus, laktobasilus
anaerob, eubakteria; Bacteroides sp., yang ditemukan secara keseluruhan atau
sendiri-sendiri pada 20-60% wanita. Candida albicans, organisme jamur tersering
ditemukan, terdapat 5-10% wanita. Mycoplasma hominis terdapat pada 20-50% dan Ureaplasma
urealyticum terdapat pada 50-70% wanita asimtomatik yang aktif berhubungan
seksual. Jadi sulit sekali menentukan kapan keadaan disebut patologis bila
hanya berdasarkan ditemukannya suatu jenis kuman tertentu.
2.2.7
Mekanisme Infeksi Vagina
Jika keseimbangan kompleks mikroorganisme berubah, maka
organisme yang berpotensi patogen, yang merupakan bagian flora normal misalnya
C. albicans pada kasus monilia serta vaginalis dan bakteri anaerob pada kasus
vaginitis nonspesifik, berproloferasi sampai suatu konsentrasi yang berhubungan
dengan gejala. Pada mekanisme infeksi lainnya, organisme yang ditularkan
melalui hubungan seksual dan bukan merupakan bagian flora normal seperti
Trichomonas vaginalis dan Neisseria gonorrhoeae dapat menimbulkan gejala.
Gejala yang timbul bila hospes meningkatkan respon peradangan terhadap
organisme yang menginfeksi dengan menarik leukosit serta melepas prostaglandin
dan komponen respon peradangan lainnya. Gejala ketidaknyamanan dan pruritus
vagina berasal dari respon peradangan vagina lokal terhadap infeksi T.
vaginalis dan C. albicans. Organisme tertentu yang menarik leukosit termasuk T.
vaginalis, menghasilkan sekret purulen. Di antara wanita dengan vaginitis
nonspesifik, baunya disebabkan oleh terdapatnya amina yang dibentuk sebagai
hasil metabolisme bakteri anaerob. Amina tertentu, khususnya putresin dan
kadaverin, sangat berbau busuk. Lainnya seperti histamin dapat menimbulkan
ketidaknyamanan oleh karena efek vasodilatasi lokal. Produk metabolisme lain
yang dihasilkan pada wanita dengan non spesifik vaginitis seperti propionat dan
butirat dapat merusak sel-sel epitel dengan cara yang sama seperti infeksi
ginggiva. Eksudat serviks purulenta tersering disebabkan oleh N. Gonorrhoeae,
C. Trachomatis atau Herpesvirus hominis, karena organisme penginfeksi ini
menarik leukosit. Adanya AKDR dapat menimbulkan
endometritis ringan dan atau servisitis, tempat leukosit dikeluarkan ke
dalam vagina melalui serviks.
2.3
PENGERTIAN KEPUTIHAN/LEUKORRHEA
Keputihan
(white discharge, fluor albus, leukorea) merupakan
istilah untuk setiap cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genitalia wanita
yang tidak berupa darah. Dalam kondisi normal, kelenjar pada serviks
menghasilkan suatu cairan jernih yang keluar, bercampur dengan bakteri, sel-sel
vagina yang terlepas dan sekresi dari kelenjar Bartolin. Selain itu sekret
vagina juga disebabkan karena aktivitas bakteri yang hidup pada vagina yang
normal. Pada perempuan, sekret vagina ini merupakan suatu hal yang alami dari
tubuh untuk membersihkan diri, sebagai pelicin dan pertahanan dari berbagai
infeksi. Dalam kondisi normal, sekret vagina tersebut tampak jernih, putih
keruh atau berwarna kekuningan ketika mengering pada pakaian. Sekret ini
non-irritan, tidak mengganggu, tidak terdapat darah, dan memiliki pH 3,5-4,5.
Leukorrhea (lekore) atau fluor albus atau keputihan ialah
cairan yang keluar dari saluran genitalia wanita yang bersifat berlebihan dan
bukan merupakan darah. Menurut kamus kedokteran Dorlan leukorrhea adalah sekret
putih yang kental keluar dari vagina maupun rongga uterus. Walaupun arti kata
lekore yang sebenarnya adalah sekret yang berwarna putih, tetapi sebetulnya
warna sekret bervariasi tergantung penyebabnya. Lekore bukan penyakit melainkan
gejala dan merupakan gejala yang sering dijumpai dalam ginekologi.
Leukorea merupakan gejala yang paling sering
dijumpai pada wanita, adanya gejala ini diketahui penderita karena mengotori
celananya. Dapat dibedakan antara leukorea yang fisiologik (normal) dan yang
patologik (tidak normal). Leukorea fisiologik terdiri atas cairan yang
kadang-kadang berupa mukus yang mengandung banyak epitel dengan leukosit (sel
darah putih) yang jarang sedang pada leukorea patologik terdapat banyak
leukosit.
Penyebab paling penting dari leukorea patologik
ialah infeksi. Disini cairan mengandung banyak leukosit dan warnanya agak
kekuning-kuningan sampai hijau, seringkali lebih kental dan berbau. Radang
vulva, vagina, serviks dan kavum uteri dapat menyebabkan leukorea patologik;
pada adneksitis gejala tersebut dapat pula timbul. Selanjutnya leukorea
ditemukan pada tumor jinak atau ganas, apabila tumor itu dengan permukaannya
untuk sebagian atau seluruhnya memasuki lumen saluran alat-alat genital.
2.4 JENIS KEPUTIHAN
Keputihan bisa berupa leukorea fisiologik dan
leukorea patologik. Leukorea fisiologik biasa ditemukan pada :
- Bayi baru
lahir sampai umur kira-kira 10 hari: disini sebabnya ialah pengaruh estrogen
dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin.
- Waktu
disekitar menarche (awal menstruasi) karena mulai terdapat pengaruh estrogen.
Leukore disini hilang sendiri akan tetapi dapat menimbulkan keresahan pada
orang tuanya.
- Wanita
dewasa apabila ia dirangsang sebelum dan pada waktu melakukan hubungan seksual,
disebabkan oleh pengeluaran transudasi dari dinding vagina.
- Waktu
disekitar ovulasi, dengan sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri menjadi
lebih encer.
- Pengeluaran
sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri juga bertambah pada wanita dengan
penyakit menahun, dengan neurosis, dan pada wanita dengan ektropion porsionis
uteri.
Sedang leukorea
abnormal (patologik) disebabkan oleh :
1.
Infeksi,
bisa berasal dari :
- Bakteri.
Misalnya Gardanerrella vaginalis, Chlamidia trachomatis, Neisseria gonorhoae,
dan Gonococcus
- Jamur.
Misalnya Candida albican
- Protozoa.
Misalnya Trichomonas vaginalis
- Virus.
Misalnya Virus Herpes dan human papilloma virus
2.
Iritasi,
bisa disebabkan karena :
- Sperma,
pelicin, kondom
- Sabun cuci
dan pelembut pakaian
- Deodorant
dan sabun
- Cairan
antiseptic untuk mandi.
- Pembersih
vagina.
- Celana yang
ketat dan tidak menyerap keringat
- Kertas tisu
toilet yang berwarna.
3.
Tumor atau
jaringan abnormal lain
4.
Fistula
5.
Benda asing
6.
Radiasi
7.
Penyebab
lain seeperti kondisi psikologi penderita (Volvovaginitis psikosomatik)
2.5 PROSES
TERJADINYA PENYAKIT
Meskipun
banyak variasi warna, konsistensi, dan jumlah dari sekret vagina bisa dikatakan
suatu yang normal, tetapi perubahan itu selalu diinterpretasikan penderita
sebagai suatu infeksi, khususnya disebabkan oleh jamur. Beberapa perempuan pun
mempunyai sekret vagina yang banyak sekali. Dalam kondisi normal, cairan yang
keluar dari vagina mengandung sekret vagina, sel-sel vagina yang terlepas dan
mucus serviks, yang akan bervariasi karena umur, siklus menstruasi, kehamilan,
penggunaan pil KB.
Lingkungan
vagina yang normal ditandai adanya suatu hubungan yang dinamis antara
Lactobacillus acidophilus dengan flora endogen lain, estrogen, glikogen, pH
vagina dan hasil metabolit lain. Lactobacillus acidophilus menghasilkan endogen
peroksida yang toksik terhadap bakteri pathogen. Karena aksi dari estrogen pada
epitel vagina, produksi glikogen, lactobacillus (Doderlein) dan produksi asam
laktat yang menghasilkan pH vagina yang rendah sampai 3,8-4,5 dan pada level
ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri lain.
Kandidiasis
vaginalis merupakan infeksi vagina yang disebabkan oleh Candida sp. terutama C.
albicans. Infeksi Candida terjadi karena perubahan kondisi vagina. Sel ragi
akan berkompetisi dengan flora normal sehingga terjadi kandidiasis. Hal-hal
yang mempermudah pertumbuhan ragi adalah penggunaan antibiotik yang berspektrum
luas, penggunaan kontrasepsi, kadar estrogen yang tinggi, kehamilan, diabetes
yang tidak terkontrol, pemakaian pakaian ketat, pasangan seksual baru dan
frekuensi seksual yang tinggi. Perubahan lingkungan vagina seperti peningkatan produksi
glikogen saat kehamilan atau peningkatan hormon esterogen dan progesterone
karena kontrasepsi oral menyebabkan perlekatan Candida albicans pada sel epitel
vagina dan merupakan media bagi prtumbuhan jamur. Candida albicans berkembang
dengan baik pada lingkungan pH 5-6,5. Perubahan ini bisa asimtomatis atau
sampai sampai menimbulkan gejala infeksi. Penggunaan obat immunosupresan juga
menajdi faktor predisposisi kandidiasis vaginalis.
Pada
penderita dengan Trikomoniasis, perubahan kadar estrogen dan progesterone
menyebabkan peningkatan pH vagina dan kadar glikogen sehingga berpotensi bagi
pertumbuhan dan virulensi dari Trichomonas vaginalis.
Vaginitis
sering disebabkan karena flora normal vagina berubah karena pengaruh bakteri
patogen atau adanya perubahan dari lingkungan vagina sehingga bakteri patogen
itu mengalami proliferasi. Antibiotik kontrasepsi, hubungan seksual, stres dan
hormon dapat merubah lingkungan vagina tersebut dan memacu pertumbuhan bakteri
patogen. Pada vaginosis bacterial, diyakini bahwa faktor-faktor itu dapat
menurunkan jumlah hidrogen peroksida yang dihasilkan oleh Lactobacillus
acidophilus sehingga terjadi perubahan pH dan memacu pertumbuhan Gardnerella
vaginalis, Mycoplasma hominis dan Mobiluncus yang normalnya dapat dihambat. Organisme
ini menghasilkan produk metabolit misalnya amin, yang menaikkan pH vagina dan
menyebabkan pelepasan sel-sel vagina. Amin juga merupakan penyebab timbulnya
bau pada flour albus pada vaginosis bacterial.
Flour
albus mungkin juga didapati pada perempuan yang menderita tuberculosis, anemia,
menstruasi, infestasi cacing yang berulang, juga pada perempuan dengan keadaan
umum yang jelek , higiene yang buruk dan pada perempuan yang sering menggunakan
pembersih vagina, disinfektan yang kuat.
2.6 GEJALA KLINIS
Segala perubahan yang menyangkut warna dan
jumlah dari sekret vagina meerupakan suatu tanda infeksi vagina. Infeksi vagina
adalah sesuatu yang sering kali muncul dan sebagian besar perempuan pernah
mengalaminya dan akan memberikan beberapa gejala fluor albus.
- Keputihan
yang disertai rasa gatal, ruam kulit dan nyeri.
- Sekret
vagina yang bertambah banyak
- Rasa panas
saat kencing
- Sekret
vagina berwarna putih dan menggumpal
- Berwarna
putih kerabu-abuan atau kuning dengan bau yang menusuk
Vaginosis bacterial Sekret vagina yang keruh,
encer, putih abu-abu hingga kekuning-kuningan dengan bau busuk atau amis. Bau
semakin bertambah setelah hubungan seksual Trikomoniasis Sekret vagina biasanya
sangat banyak kuning kehijauan, berbusa dan berbau amis. Kandidiasis Sekret
vagina menggumpal putih kental. Gatal dari sedang hingga berat dan rasa
terbakar kemerahan dan bengkak didaerah genital Tidak ada komplikasi yang
serius. Infeksi klamidia Biasanya tidak bergejala. Sekret vagina yang berwarna
kuning seperti pus. Sering kencing dan terdapat perdarahan vagina yang
abnormal.
2.7 CARA MENGHINDARI
Untuk
menghindari komplikasi yang serius dari keputihan (fluor albus), sebaiknya
penatalaksanaan dilakukan sedini mungkin sekaligus untuk menyingkirkan
kemungkinan adanya penyebab lain seperti kanker leher rahim yang juga
memberikan gejala keputihan berupa sekret encer, berwarna merah muda, coklat
mengandung darah atau hitam serta berbau busuk.
Penatalaksanan
keputihan tergantung dari penyebab infeksi seperti jamur, bakteri atau parasit.
Umumnya diberikan obat-obatan untuk mengatasi keluhan dan menghentikan proses
infeksi sesuai dengan penyebabnya. Untuk keputihan yang ditularkan melalui
hubungan seksual, terapi juga diberikan kepada pasangan seksual dan dianjurkan
untuk tidak berhubungan seksual selama masih dalam pengobatan. Selain itu,
dianjurkan untuk selalu menjaga kebersihan daerah intim sebagai tindakan
pencegahan sekaligus mencegah berulangnya keputihan yaitu dengan :
- Pola hidup
sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga rutin, istirahat cukup, hindari rokok
dan alkohol serta hindari stres berkepanjangan.
- Setia
kepada pasangan. Hindari promiskuitas atau gunakan kondom untuk mencegah
penularan penyakit menular seksual.
- Selalu
menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap kering dan tidak
lembab misalnya dengan menggunakan celana dengan bahan yang menyerap keringat,
hindari pemakaian celana terlalu ketat. Biasakan untuk mengganti pembalut,
pantyliner pada waktunya untuk mencegah bakteri berkembang biak.
- Biasakan
membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari arah depan ke
belakang.
- Penggunaan
cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena dapat mematikan flora
normal vagina. Jika perlu, lakukan konsultasi medis dahulu sebelum menggunakan
cairan pembersih vagina.
- Hindari
penggunaan bedak talkum, tissue atau sabun dengan pewangi pada daerah vagina
karena dapat menyebabkan iritasi.
2.8 MACAM-MACAM PEMERIKSAAN SEKRET
VAGINA
2.8.1 PEMERIKSAAN
SPEKULUM STERIL
Pemeriksaan spekulum steril diindikasikan
untuk menentukan apakah membran amnion sudah ruptur atau utuh. Fungsi-fungsi
lain pemeriksaan ini antara lain untuk mengambil kultur, mengobservasi serviks
untuk mendekteksi servisitis, prolaps tali pusat, atau bagian janin, dan
memperkirakan dilatasi atau penipisan serviks. Pemeriksaan vagina dengan
spekulum steril dan sarung tangan steril dilakukan jika ketuban sudah ruptur
untuk menghindari memasukkan organisme menuju janin di dalam lingkungan
intrauterus. Lubrikan tidak digunakan karena dapat mengubah temuan. Faktor
berikut mengindikasikan ruptur ketuban :
- Tetesan
/ aliran kecil cairan amnion melewati serviks
- Berkumpulnya
cairan di liang vagina.
- Kertas
nitrazin menunjukkan reaksi basa terhadap cairan vagina (berubah menjadi warna
biru, kurang lebih pH-nya 7,15)
- Gambaran
pakis cairan vagina jika dikeringkan pada preparat mikroskop dan diperiksa
secara mikroskopik.
Berbagai zat dan
kondisi dalam vagina dapat mengubah keajuratan pemeriksaan ini :
- Hasil
negatif palsu semua hasil pengukuran dapat terjadi jikaketuban sudah ruptur dan
bocor selama waktu yang lama, atau jika selaput ketuban bocor dari suatu tempat
di atas bagian presentasi dan hanya terdapat cairan minimal didalam vagina pada
saat pemeriksaan.
- Hasil
positif palsu nitrazin dapat terjadi ketika kertas terkontaminasi dengan darah,
semen, lendir serviks, urine, air mandi, antiseptik yang basa, atau lubrikan
larutan air.
- Gambaran
pakis positif palsu akan muncul jika lendir serviks atau darah mengontaminasi
spesimen pada preparat. Gambaran pakis lendir serviks tampak “lebih berbentuk
bungan,” dan gambaran pakis darah tampak “lebih seperti kerangka” daripada
gambaran pakis cairan amnion. Mekonium, pH vagina dan darah dalam cairan amnion
( hingga 20% ) tidak akan mengubah gambaran pakis.
Selama pemeriksaan
spekulum di vagina, sediian basah dari sekret vagina dapat disiapkan dengan
menempatkan sedikitnya di sebuah preparat, yang ditetesi Salin Normal kemudian
tutup dengan lembaran penutup. Sel petunjuk, bakteri, sel darah merah,
trikomonas, dan sperma dapat terlihat. Preparat lain dibuat dengan larutan
kalium hidroksida (KOH) 10%. Bau amine setelah menempatkan KOH mengesankan
vaginosis bakteri. Jamur atau pseudohifae kandida lebih muda terlihat pada
penggunaan KOH.
2.8.2 SKRINING IVA
1. Alat Dan Bahan Skrining Iva
Untuk
melaksanakan skrining dengan metode IVA, dibutuhkan tempat dan alat sebagai
berikut:
a.
Ruangan tertutup, karena pasien diperiksa dengan posisi litotomi.
b.
Meja/tempat tidur periksa yang memungkinkan pasien berada pada posisi
litotomi.
c.
Terdapat sumber cahaya untuk melihat serviks.
d.
Spekulum vagina
e.
Asam asetat (3-5%)
f.
Swab-lidi berkapas
g.
Sarung tangan
2. Langkah Kerja
Pemeriksaan IVA dilakukan dengan cara melihat
langsung leher rahim yang telah dioles dengan larutan asam asetat 3 hingga 5
persen. Jika tidak ada perubahan warna atau tidak muncul plak putih, maka hasil
pemeriksaan dinyatakan negatif. Sebaliknya, jika leher rahim berubah warna
menjadi merah dan timbul plak putih, maka dinyatakan positif lesi (pucat) atau
kelainan prakanker.
3.
Kategori pemeriksaan IVA
Ada beberapa kategori yang dapat
dipergunakan, salah satu kategori yang dapat dipergunakan adalah:
1. IVA negatif = Serviks normal.
2. IVA radang = Serviks dengan radang (servisitis),
atau kelainan jinak lainnya (polip serviks).
3. IVA positif = ditemukan bercak putih (aceto white
epithelium). Kelompok ini yang menjadi sasaran temuan skrining kanker serviks
dengan metode IVA karena temuan ini mengarah pada diagnosis Serviks-pra kanker
(dispalsia ringan-sedang-berat atau kanker serviks in situ).
4.IVA-Kanker serviks
Pada
tahap ini pun, untuk upaya penurunan temuan stadium kanker serviks, masih akan
bermanfaat bagi penurunan kematian akibat kanker serviks bila ditemukan masih
pada stadium invasif dini (stadium IB-IIA)
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keputihan
merupakan masalah kesehatan reproduksi wanita yang sering
dialami. Keputihan yang normal adalah keputihan yang tidak berwarna/
bening, tidak berbau, tidak berlebihan dan tidak menimbulkan
keluhan. Biasanya sekret meningkat pada masa menjelang ovulasi,
stres emosional dan saat terangsang secara seksual. Keputihan yang harus
diwaspadai adalah jika sekret berwarna kuning/hijau/keabu-abuan,
berbau tidak enak, jumlah banyak dan menimbulkan keluhan seperti gatal dan rasa
terbakar pada daerah intim. Beberapa keadaan seperti perubahan hormonal pada
kehamilan dan penggunaan pil KB, obat-obatan tertentu, hubungan seksual dsb
dapat meningkatkan resiko seorang wanita mengalami keputihan yang tidak normal.
Keputihan yang tidak normal paling sering diakibatkan oleh infeksi jamur Candida
albicans, bakteri atau parasit Trichomonas vaginalis. Gejala
keputihan bervariasi dan tergantung dari penyebab dan jika dibiarkan berlanjut,
keputihan dapat menyebabkan komplikasi yang serius seperti infertilitas, penyakit
radang panggul, kelahiran prematur dan berat badan lahir rendah. Umumnya terapi
obat-obatan diberikan sesuai dengan organisme yang menyebabkan
keputihan. Selain menggunakan obat-obatan, dianjurkan untuk selalu
menjaga kebersihan daerah intim sebagai tindakan pencegahan sekaligus mencegah
berulangnya keputihan.
3.2 Saran
Dianjurkan untuk selalu menjaga
kebersihan daerah intim sebagai tindakan pencegahan sekaligus mencegah
berulangnya keputihan yaitu dengan:
- Pola hidup
sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga rutin,
istirahat cukup, hindari rokok dan alkohol serta hindari stres
berkepanjangan.
- Setia
kepada pasangan. Hindari promiskuitas atau
gunakan kondom untuk mencegah penularan penyakit menular seksual.
- Selalu menjaga
kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap kering dan
tidak lembab misalnya dengan menggunakan celana dengan bahan yang menyerap
keringat, hindari pemakaian celana terlalu ketat. Biasakan untuk mengganti
pembalut, pantyliner pada waktunya untuk mencegah bakteri berkembang biak.
- Biasakan membasuh
dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari arah depan
ke belakang.
- Penggunaan
cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihankarena
dapat mematikan flora normal vagina. Jika perlu, lakukan konsultasi medis
dahulu sebelum menggunakan cairan pembersih vagina.
- Hindari
penggunaan bedak talkum, tissue atau sabun dengan pewangi pada daerah
vagina karena dapat menyebabkan iritasi.
- Hindari
pemakaian barang-barang yang memudahkan penularanseperti
meminjam perlengkapan mandi dsb. Sedapat mungkin tidak duduk di atas
kloset di WC umum atau biasakan mengelap dudukan kloset sebelum
menggunakannya.
DAFTAR PUSTAKA
artikel oleh: aselmahumka “Mengenal Keputihan-Leukorhea”
(diakses pada 18 November 2013)
H. Swartz, Mark. 2004. Buku Ajar
Diagnostik Fisik. Jakarta : EGC Penerbit
Buku Kedokteran.
Glade
B. Curtis dan Yasmin Asih. 1997. Kehamilan Di Atas Usia 30. Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran.
Bagus Gde Manuaba,Ida. 1995. Ilmu
Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta
: EGC Penerbit Buku Kedokteran
Bagus Gde Manuaba, Ida. 2004. Penuntun Kepaniteraan
Klinik Obstetri dan Ginekologi, E/2. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
L. Willms, Janice dkk. 1994. Diagnosis Fisik :
Evaluasi Diagnosis Dan Fungsi di Bangsal. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Muslim, M. 2005. Parasitologi Untuk Keperawatan.
Jakarta : Buku kedokteran EGC.
Natadisastra, Djaenudin. Agoes, Ridad. 2005.
Parasitologi Kedokteran : Ditinjau Dari Organ Tubuh yang diserang. Jakarta :
Buku Kedokteran EGC