Halaman

Selasa, 19 November 2013

SEKRET VAGINA

KETRAMPILAN DASAR KEBIDANAN
“SEKRET VAGINA”
DOSEN PEMBIMBING : ERNA RAHMA Y, S.Kp.Ns, Sp.An




OLEH:
  • Tri Kusumaningtyas        (1302460049)
  • Efi Nofitasari                  (1302460050)
  • Sri Dayanti                      (1302460051)
  • Siska Tri Cahyani            (1302460052) 
  •  Dwi Novitasari                (1302460053)
  • Trinanda Qonitah             (1302460054) 
  •  Muji Setyo Laili L            (1302460055) 
  •   Stevani Basuki Putri         (1302460056)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D-IV KEBIDANAN KEDIRI
2013


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyusun makalah yang berjudul “Sekret Vagina“ untuk memenuhi tugas mata kuliah Keterampila Dasar Kebidanan.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang, sekret vagina. Terselesainya makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada :
1.    Finta Isti Kundarti, M.Keb selaku Kaprodi Poltekkes Kemenkes Malang Prodi D-IV Kebidanan Kediri.
2.    Erna Rahma Y, S.Kep.Ns,Sp.An selaku dosen pembimbing mata kuliah Keterampila Dasar Kebidanan yang telah memberikan arahan serta bimbingan dalam penyusunan makalah ini.
3.    Teman-teman yang telah  membantu dalam menyusun makalah ini.
4.    Semua pihak yang telah membantu dalam menyusun makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini. 

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.




BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang

Menjadi cantik luar dan dalam umumnya didambakan oleh setiap wanita.  Selain faktor penampilan dan kepribadian, sebaiknya wanita juga memperhatikan kesehatan terutama mengenai kesehatan reproduksi wanita.  Salah satu masalah kesehatan reproduksi wanita yang sering dikeluhkan adalah keputihan.   Tak jarang keputihan dapat begitu mengganggu hingga menyebabkan ketidaknyamanan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.  Diperkirakan sebanyak 75% wanita di Indonesia pernah mengalami keputihan minimal satu kali dalam hidupnya.

Keputihan (leukorrhea, vaginal discharge) adalah keluarnya sekret / cairan dari vagina. Sekret tersebut dapat bervariasi dalam konsistensi, warna dan bau.  Keputihan dapat merupakan suatu keadaan yang normal (fisiologis) atau sebagai tanda dari adanya suatu penyakit (patologis). Keputihan yang normal biasanya tidak berwarna / bening, tidak berbau, tidak berlebihan dan tidak menimbulkan keluhan. Sedangkan keputihan yang tidak normal biasanya berwarna kuning/hijau/keabu-abuan, berbau amis/busuk, jumlah banyak dan menimbulkan keluhan seperti gatal dan rasa terbakar pada daerah intim.

Vagina memiliki mekanisme perlindungan terhadap infeksi.  Kelenjar pada vagina dan serviks / leher rahim menghasilkan sekret yang berfungsi sebagai sistem perlindungan alami dan sebagai lubrikan mengurangi gesekan dinding vagina saat berjalan & saat berhubungan seksual.  Jumlah sekret yang dihasilkan tergantung dari masing-masing wanita. Dalam keadaan normal, kadang jumlah sekret dapat meningkat seperti saat menjelang ovulasi, stres emosional dan saat terangsang secara seksual. Selain itu, terdapat flora normal basil doderlein yang berfungsi dalam keseimbangan ekosistem pada vagina sekaligus membuat lingkungan bersifat asam (pH 3.8-4.5) sehingga memiliki daya proteksi yang kuat terhadap infeksi.

Ada banyak penyebab dari keputihan namun paling sering disebabkan oleh infeksi jamurcandidabakteri dan parasit seperti Trikomonas yang  menyebabkan peradangan pada vagina dan sekitarnya. Keputihan yang harus diwaspadai adalah jika didapatkan keputihan yang berwarna kuning/hijau/keabu-abuan/coklat, berbau tidak enak, jumlah banyak dan menimbulkan keluhan seperti gatal dan rasa terbakar pada daerah intim.

1.2  Rumusan masalah

1.      Apa yang dimaksud dengan sekret vagina ?
2.      Apa yang dimaksud dengan keputihan/leukorrhea?
3.      Apa yang menyebabkan keputihan (leukorrhea)?
4.      Apa saja jenis keputihan?
5.      Bagaimana proses terjadinya dan gejala penyakit keputihan?
6.      Apa saja macam-macam pemeriksaan sekret vagina ?

1.3  Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1.3.1         Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari makalah ini adalah menambah pengetahuan tentang “Sekret Vagina”.
1.3.2.      Tujuan Umum
1. Sebagai pemenuhan tugas mata kuliah KDPK,
2. Menambah wawasan dan pengetahuan pembaca.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1    PENGERTIAN SEKRET VAGINA

Sekret vagina, yang dikenal pula sebagai leukore, sangat lazim terjadi. Apakah keadaan ini berkaitan dengan bau busuk? Meskipun sekret keputih-putihan sering ada secara normal, sekret berbau busuk sering menunjukkan problem patologis. Bau patologis yang paling sering ditemukan adalah bau seperti ikan busuk yang berkaitan dengan penguapan amina yang dihasilkan oleh metabolik anerobik. Apakah juga ada rasa gatal? Wanita dengan moniliasis (kandidiasis) mengeluh mengeluarkan sekret putih kering yang terlihat sebagai “keju desa” dengan rasa gatal hebat. Apakah wanita itu baru saja meminum obat-obatan, seperti antibiotika? Antibiotika mengubah flora normal vagina, sehingga dapat terjadi pertumbuhan Candida secara berlebihan.

2.2    PATOFISIOLOGI

2.2.1 Sumber Cairan
1)   Vulva
Cairan yang berasal dari vulva tidak termasuk sekret vagina akan tetapi penderita mengeluh keputihan karena tidak mengetahui asal cairan tersebut. Cairan ini dapat berasal dari kelenjar Bartholin yang mempunyai peranan penting dalam pelumasan introitus dan mukosa vulva berupa lendir yang meningkat pada aktifitas seksual. Lendir juga berasal dari daerah periurethral tempat bermuaranya saluran Skene.
2)   Vagina
Walau vagina tidak mempunyai kelenjar akan tetapi cairan dapat keluar dari permukaan secara transudasi. Cairan bersifat asam karena adanya asam laktat yang diproduksi oleh mikroorganisme terutama bakteri Doderlein.
3)   Serviks
Kelenjar mukosa serviks adalah penghasil lendir utama. Lendir jernih, basah, jumlah dan kekentalannya bervariasi bergantung dari fase siklus menstruasi. Jumlah terbanyak ialah saat ovulasi, selain karena pengaruh hormon, juga disebabkan oleh hiperemia. 
4)   Uterus
Kelenjar endometrium yang sebelumnya tidak aktif, baru aktif pada fase postovulasi dan sedikit dari cairan ini dapat turun ke vagina, jumlahnya kecil sekali kecuali bila terjadi kelainan dalam hal vaskularisasi, kelainan faktor endokrin, adanya neoplasma atau infeksi.
5)   Tuba
Walau jarang tetapi mungkin terjadi dalam keadaan tertentu misal salpingitis yang kemudian cairannya masuk uterus dan selanjutnya turun ke vagina.

2.2.2        Komponen Sekret Vagina yang Normal
Sekret vagina terdiri dari beberapa komponen yang meliputi air, elektrolit, mikroorganisme, sel-sel epitel dan senyawa organik seperti asam lemak, protein dan karbohidrat. Komponen-komponen ini bergabung untuk menghasilkan sekret vagina dengan pH kurang dari 4,5. Sel epitel berasal dari epitel toraks serviks dan epitel gepeng vagina. Flora vagina yang normal terdiri dari mikroorganisme yang mengkolonisasi cairan vagina dan sel epitel. Leukosit, meskipun normalnya terdapat pada fase sekresi siklus menstruasi, biasanya hanya ditemukan dalam jumlah kecil. 

2.2.3        Pengaruh Hormon Seks 
Cairan vagina dan flora mikroba dipengaruhi oleh hormon-hormon seks. Peningkatan volume dan penurunan viskositas cairan vagina terjadi setelah ovulasi, dalam hal ini hormon progesteron memegang peranan. Estrogen meningkatkan kadar glukosa dalam cairan vagina. Tidak jelas apakah estrogen meningkatkan pergantian glikogen atau kandungan glikogen sel-sel epitel, yang kemudian dapat mempengaruhi jenis organisme yang mengkolonisasi epitel. Sehingga wanita premenarche dan pasca menopause lebih banyak mempunyai bakteri anaerob daripada wanita menstruasi. Wanita dalam masa reproduksi mempunyai lebih banyak bakteri fakultatif yang sebanding termasuk laktobasilus daripada wanita dengan kadar estrogen rendah.

2.2.4        Pengaruh pH dan Glukosa atas Flora Vagina
Dua faktor lain yang mempengaruhi jenis organisme yang terdapat dalam flora vagina adalah pH dan terdapatnya glukosa. Kandungan glikogen epitel vagina pasti meningkat pada wanita yang menstruasi (dalam masa reproduksi) dibandingkan wanita yang tidak dalam masa reproduksi. Kandungan asam laktat dalam vagina menimbulkan pH yang sangat asam (kurang dari 4,5). Asam laktat diproduksi tidak hanya oleh metabolisme laktobasilus yang menggunakan glukosa sebagai substrat tetapi juga oleh metabolisme bakteri lain yang menggunakan glikogen sebagai substrat dan oleh metabolisme sel-sel epitel vagina yang juga menggunakan glikogen sebagai substrat. Kemudian pH rendah ini menyokong pertumbuhan organisme asidofilik seperti laktobasilus. Terdapatnya laktobasilus mungkin menjadi pusat pembatasan pertumbuhan bakteri lainnya. Kolonisasi laktobasilus vagina yang berat menghambat pertumbuhan organisme lain melalui metabolisme sendiri dengan mempertahankan pH yang rendah dengan menggunakan glukosa untuk menghasilkan asam laktat, dengan memproduksi hidrogen peroksida yang menghambat pertumbuhan bakteri anaerob, dan dengan menggunakan glukosa tersebut memusnahkan organisme lain karena substrat untuk metabolismenya telah dipergunakan. Di antara wanita pasca menopause, kandungan glikogen sel yang rendah karena pengurangan kadar estrogen diperkirakan bertanggung jawab terhadap peningkatan pH vagina. Pada lingkungan pH yang tinggi ini efek penghambatan dan persaingan laktobasilus dihilangkan dengan demikian organisme-organisme lain terutama yang anaerob akan berproliferasi.

2.2.5        Mikro-Ekosistem Epitel Vagina
Sel-sel epitel mempunyai tempat bagi perlekatan bakteri dan kemampuan bakteri tertentu untuk menempati tempat tersebut berbeda-beda di antara pasien yang satu dengan lainnya. Beberapa wanita sangat rentan terhadap infeksi karena selnya mengandung tempat yang mudah dilekati bakteri. Flora normal yang menempel pada sel-sel epitel vagina dan merupakan mikro-ekosistem epitel vagina akan menghambat pertumbuhan organisme patologik yang berlebihan dengan paling sedikit dua mekanisme. Pertama flora normal pasti menggunakan kedua zat gizi substrat yaitu glukosa dan glikogen. Kedua dengan menghasilkan produk metabolik yang menghambat penempelan dan proliferasi organisme yang berpotensi patogen. Analog dengan mikro flora oral, vagina mungkin mengandung banyak ekosistem mikroba tersendiri, yang bervariasi dalam jarak beberapa milimeter di dalam epitel vagina.

2.2.6        Mikroorganisme yang Terdapat dalam Sekret Vagina yang Normal
Organisme yang ditemukan pada sekret vagina dalam konsentrasi setinggi 10 satuan pembentuk-koloni/mm3 cairan. Konsentrasi organisme anaerob biasanya kira-kira 5 kali konsentrasi organisme aerob. Rata-rata 5-10 organisme ditemukan dari vagina, meskipun pengambilan bahan contoh ulangan dapat menemukan lebih banyak bakteri. Organisme fakultatif yang paling menonjol adalah spesies laktobasilus, korinebakteria, streptokokus, stafilokokus epidermis dan Gardnerella vaginalis. Sebenarnya semua wanita paling sedikit mempunyai satu organisme fakultatif dan salah satu organisme fakultatif ini dapat ditemukan pada 40-80% wanita. E. coli, merupakan organisme koliformis virulen yang tersering ditemukan, dapat ditemukan dari hanya kira-kira 20% wanita dan pada wanita inipun hanya terdapat secara sepintas. Organisme anaerob yang paling menonjol adalah peptostreptokokus, peptokokus, laktobasilus anaerob, eubakteria; Bacteroides sp., yang ditemukan secara keseluruhan atau sendiri-sendiri pada 20-60% wanita. Candida albicans, organisme jamur tersering ditemukan, terdapat 5-10% wanita. Mycoplasma hominis terdapat pada 20-50% dan Ureaplasma urealyticum terdapat pada 50-70% wanita asimtomatik yang aktif berhubungan seksual. Jadi sulit sekali menentukan kapan keadaan disebut patologis bila hanya berdasarkan ditemukannya suatu jenis kuman tertentu.

2.2.7        Mekanisme Infeksi Vagina
Jika keseimbangan kompleks mikroorganisme berubah, maka organisme yang berpotensi patogen, yang merupakan bagian flora normal misalnya C. albicans pada kasus monilia serta vaginalis dan bakteri anaerob pada kasus vaginitis nonspesifik, berproloferasi sampai suatu konsentrasi yang berhubungan dengan gejala. Pada mekanisme infeksi lainnya, organisme yang ditularkan melalui hubungan seksual dan bukan merupakan bagian flora normal seperti Trichomonas vaginalis dan Neisseria gonorrhoeae dapat menimbulkan gejala. Gejala yang timbul bila hospes meningkatkan respon peradangan terhadap organisme yang menginfeksi dengan menarik leukosit serta melepas prostaglandin dan komponen respon peradangan lainnya. Gejala ketidaknyamanan dan pruritus vagina berasal dari respon peradangan vagina lokal terhadap infeksi T. vaginalis dan C. albicans. Organisme tertentu yang menarik leukosit termasuk T. vaginalis, menghasilkan sekret purulen. Di antara wanita dengan vaginitis nonspesifik, baunya disebabkan oleh terdapatnya amina yang dibentuk sebagai hasil metabolisme bakteri anaerob. Amina tertentu, khususnya putresin dan kadaverin, sangat berbau busuk. Lainnya seperti histamin dapat menimbulkan ketidaknyamanan oleh karena efek vasodilatasi lokal. Produk metabolisme lain yang dihasilkan pada wanita dengan non spesifik vaginitis seperti propionat dan butirat dapat merusak sel-sel epitel dengan cara yang sama seperti infeksi ginggiva. Eksudat serviks purulenta tersering disebabkan oleh N. Gonorrhoeae, C. Trachomatis atau Herpesvirus hominis, karena organisme penginfeksi ini menarik leukosit. Adanya AKDR dapat menimbulkan endometritis ringan dan atau servisitis, tempat leukosit dikeluarkan ke dalam vagina melalui serviks.

2.3 PENGERTIAN KEPUTIHAN/LEUKORRHEA

Keputihan (white discharge, fluor albus, leukorea) merupakan istilah untuk setiap cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genitalia wanita yang tidak berupa darah. Dalam kondisi normal, kelenjar pada serviks menghasilkan suatu cairan jernih yang keluar, bercampur dengan bakteri, sel-sel vagina yang terlepas dan sekresi dari kelenjar Bartolin. Selain itu sekret vagina juga disebabkan karena aktivitas bakteri yang hidup pada vagina yang normal. Pada perempuan, sekret vagina ini merupakan suatu hal yang alami dari tubuh untuk membersihkan diri, sebagai pelicin dan pertahanan dari berbagai infeksi. Dalam kondisi normal, sekret vagina tersebut tampak jernih, putih keruh atau berwarna kekuningan ketika mengering pada pakaian. Sekret ini non-irritan, tidak mengganggu, tidak terdapat darah, dan memiliki pH 3,5-4,5.
Leukorrhea (lekore) atau fluor albus atau keputihan ialah cairan yang keluar dari saluran genitalia wanita yang bersifat berlebihan dan bukan merupakan darah. Menurut kamus kedokteran Dorlan leukorrhea adalah sekret putih yang kental keluar dari vagina maupun rongga uterus. Walaupun arti kata lekore yang sebenarnya adalah sekret yang berwarna putih, tetapi sebetulnya warna sekret bervariasi tergantung penyebabnya. Lekore bukan penyakit melainkan gejala dan merupakan gejala yang sering dijumpai dalam ginekologi. 
Leukorea merupakan gejala yang paling sering dijumpai pada wanita, adanya gejala ini diketahui penderita karena mengotori celananya. Dapat dibedakan antara leukorea yang fisiologik (normal) dan yang patologik (tidak normal). Leukorea fisiologik terdiri atas cairan yang kadang-kadang berupa mukus yang mengandung banyak epitel dengan leukosit (sel darah putih) yang jarang sedang pada leukorea patologik terdapat banyak leukosit.
Penyebab paling penting dari leukorea patologik ialah infeksi. Disini cairan mengandung banyak leukosit dan warnanya agak kekuning-kuningan sampai hijau, seringkali lebih kental dan berbau. Radang vulva, vagina, serviks dan kavum uteri dapat menyebabkan leukorea patologik; pada adneksitis gejala tersebut dapat pula timbul. Selanjutnya leukorea ditemukan pada tumor jinak atau ganas, apabila tumor itu dengan permukaannya untuk sebagian atau seluruhnya memasuki lumen saluran alat-alat genital.
 
2.4 JENIS KEPUTIHAN
 
Keputihan bisa berupa leukorea fisiologik dan leukorea patologik. Leukorea fisiologik  biasa ditemukan pada :
  1. Bayi baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari: disini sebabnya ialah pengaruh estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin. 
  2. Waktu disekitar menarche (awal menstruasi) karena mulai terdapat pengaruh estrogen. Leukore disini hilang sendiri akan tetapi dapat menimbulkan keresahan pada orang tuanya.  
  3. Wanita dewasa apabila ia dirangsang sebelum dan pada waktu melakukan hubungan seksual, disebabkan oleh pengeluaran transudasi dari dinding vagina. 
  4. Waktu disekitar ovulasi, dengan sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri menjadi lebih encer.
  5.  Pengeluaran sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri juga bertambah pada wanita dengan penyakit menahun, dengan neurosis, dan pada wanita dengan ektropion porsionis uteri.
Sedang leukorea abnormal (patologik) disebabkan oleh :
1.      Infeksi, bisa berasal dari : 

  • Bakteri. Misalnya Gardanerrella vaginalis, Chlamidia trachomatis, Neisseria gonorhoae, dan Gonococcus
  • Jamur. Misalnya Candida albican 
  •  Protozoa. Misalnya Trichomonas vaginalis
  • Virus. Misalnya Virus Herpes dan human papilloma virus
2.      Iritasi, bisa disebabkan karena :

  • Sperma, pelicin, kondom
  • Sabun cuci dan pelembut pakaian
  • Deodorant dan sabun
  • Cairan antiseptic untuk mandi.
  • Pembersih vagina.
  • Celana yang ketat dan tidak menyerap keringat 
  •  Kertas tisu toilet yang berwarna.
3.      Tumor atau jaringan abnormal lain
4.      Fistula
5.      Benda asing
6.      Radiasi
7.      Penyebab lain seeperti kondisi psikologi penderita (Volvovaginitis psikosomatik)

2.5 PROSES TERJADINYA PENYAKIT

Meskipun banyak variasi warna, konsistensi, dan jumlah dari sekret vagina bisa dikatakan suatu yang normal, tetapi perubahan itu selalu diinterpretasikan penderita sebagai suatu infeksi, khususnya disebabkan oleh jamur. Beberapa perempuan pun mempunyai sekret vagina yang banyak sekali. Dalam kondisi normal, cairan yang keluar dari vagina mengandung sekret vagina, sel-sel vagina yang terlepas dan mucus serviks, yang akan bervariasi karena umur, siklus menstruasi, kehamilan, penggunaan pil KB.
Lingkungan vagina yang normal ditandai adanya suatu hubungan yang dinamis antara Lactobacillus acidophilus dengan flora endogen lain, estrogen, glikogen, pH vagina dan hasil metabolit lain. Lactobacillus acidophilus menghasilkan endogen peroksida yang toksik terhadap bakteri pathogen. Karena aksi dari estrogen pada epitel vagina, produksi glikogen, lactobacillus (Doderlein) dan produksi asam laktat yang menghasilkan pH vagina yang rendah sampai 3,8-4,5 dan pada level ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri lain.
Kandidiasis vaginalis merupakan infeksi vagina yang disebabkan oleh Candida sp. terutama C. albicans. Infeksi Candida terjadi karena perubahan kondisi vagina. Sel ragi akan berkompetisi dengan flora normal sehingga terjadi kandidiasis. Hal-hal yang mempermudah pertumbuhan ragi adalah penggunaan antibiotik yang berspektrum luas, penggunaan kontrasepsi, kadar estrogen yang tinggi, kehamilan, diabetes yang tidak terkontrol, pemakaian pakaian ketat, pasangan seksual baru dan frekuensi seksual yang tinggi. Perubahan lingkungan vagina seperti peningkatan produksi glikogen saat kehamilan atau peningkatan hormon esterogen dan progesterone karena kontrasepsi oral menyebabkan perlekatan Candida albicans pada sel epitel vagina dan merupakan media bagi prtumbuhan jamur. Candida albicans berkembang dengan baik pada lingkungan pH 5-6,5. Perubahan ini bisa asimtomatis atau sampai sampai menimbulkan gejala infeksi. Penggunaan obat immunosupresan juga menajdi faktor predisposisi kandidiasis vaginalis.
Pada penderita dengan Trikomoniasis, perubahan kadar estrogen dan progesterone menyebabkan peningkatan pH vagina dan kadar glikogen sehingga berpotensi bagi pertumbuhan dan virulensi dari Trichomonas vaginalis.
Vaginitis sering disebabkan karena flora normal vagina berubah karena pengaruh bakteri patogen atau adanya perubahan dari lingkungan vagina sehingga bakteri patogen itu mengalami proliferasi. Antibiotik kontrasepsi, hubungan seksual, stres dan hormon dapat merubah lingkungan vagina tersebut dan memacu pertumbuhan bakteri patogen. Pada vaginosis bacterial, diyakini bahwa faktor-faktor itu dapat menurunkan jumlah hidrogen peroksida yang dihasilkan oleh Lactobacillus acidophilus sehingga terjadi perubahan pH dan memacu pertumbuhan Gardnerella vaginalis, Mycoplasma hominis dan Mobiluncus yang normalnya dapat dihambat. Organisme ini menghasilkan produk metabolit misalnya amin, yang menaikkan pH vagina dan menyebabkan pelepasan sel-sel vagina. Amin juga merupakan penyebab timbulnya bau pada flour albus pada vaginosis bacterial.
Flour albus mungkin juga didapati pada perempuan yang menderita tuberculosis, anemia, menstruasi, infestasi cacing yang berulang, juga pada perempuan dengan keadaan umum yang jelek , higiene yang buruk dan pada perempuan yang sering menggunakan pembersih vagina, disinfektan yang kuat.

2.6 GEJALA KLINIS


Segala perubahan yang menyangkut warna dan jumlah dari sekret vagina meerupakan suatu tanda infeksi vagina. Infeksi vagina adalah sesuatu yang sering kali muncul dan sebagian besar perempuan pernah mengalaminya dan akan memberikan beberapa gejala fluor albus.
  •  Keputihan yang disertai rasa gatal, ruam kulit dan nyeri.
  • Sekret vagina yang bertambah banyak 
  •  Rasa panas saat kencing
  • Sekret vagina berwarna putih dan menggumpal
  • Berwarna putih kerabu-abuan atau kuning dengan bau yang menusuk
Vaginosis bacterial Sekret vagina yang keruh, encer, putih abu-abu hingga kekuning-kuningan dengan bau busuk atau amis. Bau semakin bertambah setelah hubungan seksual Trikomoniasis Sekret vagina biasanya sangat banyak kuning kehijauan, berbusa dan berbau amis. Kandidiasis Sekret vagina menggumpal putih kental. Gatal dari sedang hingga berat dan rasa terbakar kemerahan dan bengkak didaerah genital Tidak ada komplikasi yang serius. Infeksi klamidia Biasanya tidak bergejala. Sekret vagina yang berwarna kuning seperti pus. Sering kencing dan terdapat perdarahan vagina yang abnormal.

2.7 CARA MENGHINDARI
 
Untuk menghindari komplikasi yang serius dari keputihan (fluor albus), sebaiknya penatalaksanaan dilakukan sedini mungkin sekaligus untuk menyingkirkan kemungkinan adanya penyebab lain seperti kanker leher rahim yang juga memberikan gejala keputihan berupa sekret encer, berwarna merah muda, coklat mengandung darah atau hitam serta berbau busuk.
Penatalaksanan keputihan tergantung dari penyebab infeksi seperti jamur, bakteri atau parasit. Umumnya diberikan obat-obatan untuk mengatasi keluhan dan menghentikan proses infeksi sesuai dengan penyebabnya. Untuk keputihan yang ditularkan melalui hubungan seksual, terapi juga diberikan kepada pasangan seksual dan dianjurkan untuk tidak berhubungan seksual selama masih dalam pengobatan. Selain itu, dianjurkan untuk selalu menjaga kebersihan daerah intim sebagai tindakan pencegahan sekaligus mencegah berulangnya keputihan yaitu dengan :
  1.  Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga rutin, istirahat cukup, hindari rokok dan alkohol serta hindari stres berkepanjangan.
  2. Setia kepada pasangan. Hindari promiskuitas atau gunakan kondom untuk mencegah penularan penyakit menular seksual.  
  3. Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap kering dan tidak lembab misalnya dengan menggunakan celana dengan bahan yang menyerap keringat, hindari pemakaian celana terlalu ketat. Biasakan untuk mengganti pembalut, pantyliner pada waktunya untuk mencegah bakteri berkembang biak.  
  4. Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari arah depan ke belakang. 
  5. Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena dapat mematikan flora normal vagina. Jika perlu, lakukan konsultasi medis dahulu sebelum menggunakan cairan pembersih vagina.
  6. Hindari penggunaan bedak talkum, tissue atau sabun dengan pewangi pada daerah vagina karena dapat menyebabkan iritasi.

2.8  MACAM-MACAM PEMERIKSAAN SEKRET VAGINA
 
2.8.1 PEMERIKSAAN SPEKULUM STERIL
            Pemeriksaan spekulum steril diindikasikan untuk menentukan apakah membran amnion sudah ruptur atau utuh. Fungsi-fungsi lain pemeriksaan ini antara lain untuk mengambil kultur, mengobservasi serviks untuk mendekteksi servisitis, prolaps tali pusat, atau bagian janin, dan memperkirakan dilatasi atau penipisan serviks. Pemeriksaan vagina dengan spekulum steril dan sarung tangan steril dilakukan jika ketuban sudah ruptur untuk menghindari memasukkan organisme menuju janin di dalam lingkungan intrauterus. Lubrikan tidak digunakan karena dapat mengubah temuan. Faktor berikut mengindikasikan ruptur ketuban :
  • Tetesan / aliran kecil cairan amnion melewati serviks
  • Berkumpulnya cairan di liang vagina. 
  • Kertas nitrazin menunjukkan reaksi basa terhadap cairan vagina (berubah menjadi warna biru, kurang lebih pH-nya 7,15) 
  • Gambaran pakis cairan vagina jika dikeringkan pada preparat mikroskop dan diperiksa secara mikroskopik. 
               Berbagai zat dan kondisi dalam vagina dapat mengubah keajuratan pemeriksaan ini :

  • Hasil negatif palsu semua hasil pengukuran dapat terjadi jikaketuban sudah ruptur dan bocor selama waktu yang lama, atau jika selaput ketuban bocor dari suatu tempat di atas bagian presentasi dan hanya terdapat cairan minimal didalam vagina pada saat pemeriksaan.
  •   Hasil positif palsu nitrazin dapat terjadi ketika kertas terkontaminasi dengan darah, semen, lendir serviks, urine, air mandi, antiseptik yang basa, atau lubrikan larutan air.
  •  Gambaran pakis positif palsu akan muncul jika lendir serviks atau darah mengontaminasi spesimen pada preparat. Gambaran pakis lendir serviks tampak “lebih berbentuk bungan,” dan gambaran pakis darah tampak “lebih seperti kerangka” daripada gambaran pakis cairan amnion. Mekonium, pH vagina dan darah dalam cairan amnion ( hingga 20% ) tidak akan mengubah gambaran pakis.
Selama pemeriksaan spekulum di vagina, sediian basah dari sekret vagina dapat disiapkan dengan menempatkan sedikitnya di sebuah preparat, yang ditetesi Salin Normal kemudian tutup dengan lembaran penutup. Sel petunjuk, bakteri, sel darah merah, trikomonas, dan sperma dapat terlihat. Preparat lain dibuat dengan larutan kalium hidroksida (KOH) 10%. Bau amine setelah menempatkan KOH mengesankan vaginosis bakteri. Jamur atau pseudohifae kandida lebih muda terlihat pada penggunaan KOH.
2.8.2 SKRINING IVA
1. Alat Dan Bahan Skrining Iva
Untuk melaksanakan skrining dengan metode IVA, dibutuhkan tempat dan alat sebagai berikut:
a.          Ruangan tertutup, karena pasien diperiksa dengan posisi litotomi.
b.         Meja/tempat tidur periksa yang memungkinkan pasien berada pada posisi litotomi.
c.          Terdapat sumber cahaya untuk melihat serviks.
d.         Spekulum vagina
e.          Asam asetat (3-5%)
f.          Swab-lidi berkapas
g.         Sarung tangan
2.    Langkah Kerja
Pemeriksaan IVA dilakukan dengan cara melihat langsung leher rahim yang telah dioles dengan larutan asam asetat 3 hingga 5 persen. Jika tidak ada perubahan warna atau tidak muncul plak putih, maka hasil pemeriksaan dinyatakan negatif. Sebaliknya, jika leher rahim berubah warna menjadi merah dan timbul plak putih, maka dinyatakan positif lesi (pucat) atau kelainan prakanker.
3.    Kategori pemeriksaan IVA
Ada beberapa kategori yang dapat dipergunakan, salah satu kategori yang dapat dipergunakan adalah:
1. IVA negatif = Serviks normal.
2. IVA radang = Serviks dengan radang (servisitis), atau kelainan jinak lainnya (polip serviks).
3. IVA positif = ditemukan bercak putih (aceto white epithelium). Kelompok ini yang menjadi sasaran temuan skrining kanker serviks dengan metode IVA karena temuan ini mengarah pada diagnosis Serviks-pra kanker (dispalsia ringan-sedang-berat atau kanker serviks in situ).
4.IVA-Kanker serviks
Pada tahap ini pun, untuk upaya penurunan temuan stadium kanker serviks, masih akan bermanfaat bagi penurunan kematian akibat kanker serviks bila ditemukan masih pada stadium invasif dini (stadium IB-IIA)



BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
            Keputihan merupakan masalah kesehatan reproduksi wanita yang sering dialami.  Keputihan yang normal adalah keputihan yang tidak berwarna/ bening, tidak berbau, tidak berlebihan dan tidak menimbulkan keluhan.  Biasanya sekret meningkat pada masa menjelang ovulasi, stres emosional dan saat terangsang secara seksual. Keputihan yang harus diwaspadai adalah  jika sekret berwarna kuning/hijau/keabu-abuan, berbau tidak enak, jumlah banyak dan menimbulkan keluhan seperti gatal dan rasa terbakar pada daerah intim. Beberapa keadaan seperti perubahan hormonal pada kehamilan dan penggunaan pil KB, obat-obatan tertentu, hubungan seksual dsb dapat meningkatkan resiko seorang wanita mengalami keputihan yang tidak normal. Keputihan yang tidak normal paling sering diakibatkan oleh infeksi jamur Candida albicans, bakteri atau parasit Trichomonas vaginalis.  Gejala keputihan bervariasi dan tergantung dari penyebab dan jika dibiarkan berlanjut, keputihan dapat menyebabkan komplikasi yang serius seperti infertilitas, penyakit radang panggul, kelahiran prematur dan berat badan lahir rendah. Umumnya terapi obat-obatan diberikan sesuai dengan organisme yang menyebabkan keputihan.  Selain menggunakan obat-obatan, dianjurkan untuk selalu menjaga kebersihan daerah intim sebagai tindakan pencegahan sekaligus mencegah berulangnya keputihan.
3.2 Saran
            Dianjurkan untuk selalu menjaga kebersihan daerah intim sebagai tindakan pencegahan sekaligus mencegah berulangnya keputihan yaitu dengan:
  1. Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga rutin, istirahat cukup, hindari rokok dan alkohol serta hindari stres berkepanjangan.
  2. Setia kepada pasangan. Hindari promiskuitas atau gunakan kondom untuk mencegah penularan penyakit menular seksual.
  3. Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap kering dan tidak lembab misalnya dengan menggunakan celana dengan bahan yang menyerap keringat, hindari pemakaian celana terlalu ketat. Biasakan untuk mengganti pembalut, pantyliner pada waktunya untuk mencegah bakteri berkembang biak.
  4. Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari arah depan ke belakang.
  5. Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihankarena dapat mematikan flora normal vagina. Jika perlu, lakukan konsultasi medis dahulu sebelum menggunakan cairan pembersih vagina.
  6. Hindari penggunaan bedak talkum, tissue atau sabun dengan pewangi pada daerah vagina karena dapat menyebabkan iritasi.
  7. Hindari pemakaian barang-barang yang memudahkan penularanseperti meminjam perlengkapan mandi dsb. Sedapat mungkin tidak duduk di atas kloset di WC umum atau biasakan mengelap dudukan kloset sebelum menggunakannya.


 
DAFTAR PUSTAKA

http://indoroyal.com/info-medis/keputihan-pada-wanita.html artikel oleh: Fatimah Handayani “Keputihan pada wanita” (diakses pada 18 November 2013)

artikel oleh: aselmahumka “Mengenal Keputihan-Leukorhea” (diakses pada 18 November 2013)

http://www.medikaholistik.com/medika.html?xmodule=document_detail&xid=184&ts=1384846292&qs=health artikel Oleh: Dr. Sheila Agustini, SpS “KEPUTIHAN -SI PUTIH YANG MENGANGGU-“ (diakses pada 18 November 2013)


H. Swartz, Mark. 2004. Buku Ajar Diagnostik Fisik. Jakarta : EGC Penerbit
Buku Kedokteran.

Glade B. Curtis dan ‎Yasmin Asih. 1997. Kehamilan Di Atas Usia 30. Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran.

Bagus Gde Manuaba,Ida. 1995. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC Penerbit Buku Kedokteran

Bagus Gde Manuaba, Ida. 2004. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi, E/2. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
 
L. Willms, Janice dkk. 1994. Diagnosis Fisik : Evaluasi Diagnosis Dan Fungsi di Bangsal. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Muslim, M. 2005. Parasitologi Untuk Keperawatan. Jakarta : Buku kedokteran EGC.

Natadisastra, Djaenudin. Agoes, Ridad. 2005. Parasitologi Kedokteran : Ditinjau Dari Organ Tubuh yang diserang. Jakarta : Buku Kedokteran EGC









 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar