KETRAMPILAN
DASAR KEBIDANAN
“SEKRET
VAGINA”
DOSEN
PEMBIMBING :
ERNA RAHMA Y, S.Kp.Ns, M.Kes, Sp.An
OLEH:
- Tri Kusumaningtyas ( 1302460049 )
- Efi Nofitasari ( 1302460050 )
- Sri Dayanti ( 1302460051 )
- Siska Tri Cahyani ( 1302460052 )
- Dwi Novitasari ( 1302460053 )
- Trinanda Qonitah ( 1302460054 )
- Muji Setyo Laili L ( 1302460055 )
- Stevani Basuki Putri ( 1302460056 )
KEMENTRIAN
KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK
KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN
KEBIDANAN
PROGRAM
STUDI D-IV KEBIDANAN KEDIRI
2013
“SEKRET
VAGINA”
Menjadi cantik luar dan dalam umumnya
didambakan oleh setiap wanita. Selain faktor penampilan dan
kepribadian, sebaiknya wanita juga memperhatikan kesehatan terutama mengenai
kesehatan reproduksi wanita. Salah satu masalah kesehatan reproduksi
wanita yang sering dikeluhkan adalah keputihan. Tak jarang
keputihan dapat begitu mengganggu hingga menyebabkan ketidaknyamanan dalam
melakukan aktivitas sehari-hari. Diperkirakan sebanyak 75% wanita di
Indonesia pernah mengalami keputihan minimal satu kali dalam hidupnya.
Sekret
vagina, yang dikenal pula sebagai leukore/keputihan,
sangat lazim terjadi. Apakah keadaan ini berkaitan dengan bau busuk? Meskipun
sekret keputih-putihan sering ada secara normal, sekret berbau busuk sering
menunjukkan problem patologis. Bau patologis yang paling sering ditemukan
adalah bau seperti ikan busuk yang berkaitan dengan penguapan amina yang
dihasilkan oleh metabolik anerobik. Apakah juga ada rasa gatal? Wanita dengan
moniliasis (kandidiasis) mengeluh mengeluarkan sekret putih kering yang
terlihat sebagai “keju desa” dengan rasa gatal hebat. Apakah wanita itu baru
saja meminum obat-obatan, seperti antibiotika? Antibiotika mengubah flora
normal vagina, sehingga dapat terjadi pertumbuhan Candida secara berlebihan.
1. KOMPONEN SEKRET VAGINA YANG NORMAL
Sekret
vagina terdiri dari beberapa komponen yang meliputi air, elektrolit,
mikroorganisme, sel-sel epitel dan senyawa organik seperti asam lemak, protein
dan karbohidrat. Komponen-komponen ini bergabung untuk menghasilkan sekret
vagina dengan pH kurang dari 4,5. Sel epitel berasal dari epitel toraks serviks
dan epitel gepeng vagina. Flora vagina yang normal terdiri dari mikroorganisme
yang mengkolonisasi cairan vagina dan sel epitel. Leukosit, meskipun normalnya
terdapat pada fase sekresi siklus menstruasi, biasanya hanya ditemukan dalam
jumlah kecil.
2. JENIS KEPUTIHAN
Keputihan bisa
berupa leukorea fisiologik dan leukorea patologik. Leukorea fisiologik
biasa ditemukan pada :
a. Bayi baru lahir
sampai umur kira-kira 10 hari: disini sebabnya ialah pengaruh estrogen dari
plasenta terhadap uterus dan vagina janin.
b. Waktu disekitar
menarche (awal menstruasi) karena mulai terdapat pengaruh estrogen. Leukore
disini hilang sendiri akan tetapi dapat menimbulkan keresahan pada orang
tuanya.
c. Wanita dewasa
apabila ia dirangsang sebelum dan pada waktu melakukan hubungan seksual,
disebabkan oleh pengeluaran transudasi dari dinding vagina.
d. Waktu disekitar
ovulasi, dengan sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri menjadi lebih
encer.
e. Pengeluaran sekret
dari kelenjar-kelenjar serviks uteri juga bertambah pada wanita dengan penyakit
menahun, dengan neurosis, dan pada wanita dengan ektropion porsionis uteri.
Sedang leukorea abnormal (patologik) disebabkan oleh :
1. Infeksi, bisa
berasal dari :




2. Iritasi, bisa
disebabkan karena :







3. Tumor atau jaringan
abnormal lain
4. Fistula
5. Benda asing
6. Radiasi
7.
Penyebab lain seeperti kondisi psikologi penderita
(Volvovaginitis psikosomatik)
3. GEJALA KLINIS
Segala perubahan
yang menyangkut warna dan jumlah dari sekret vagina meerupakan suatu tanda
infeksi vagina. Infeksi vagina adalah sesuatu yang sering kali muncul dan
sebagian besar perempuan pernah mengalaminya dan akan memberikan beberapa
gejala fluor albus.





4. PEMERIKSAAN SEKRET VAGINA MENGGUNAKAN PEMERIKSAAN SPEKULUM STERIL
Pemeriksaan
spekulum steril diindikasikan untuk menentukan apakah membran amnion sudah
ruptur atau utuh. Fungsi-fungsi lain pemeriksaan ini antara lain untuk
mengambil kultur, mengobservasi serviks untuk mendekteksi servisitis, prolaps
tali pusat, atau bagian janin, dan memperkirakan dilatasi atau penipisan
serviks. Pemeriksaan vagina dengan spekulum steril dan sarung tangan steril
dilakukan jika ketuban sudah ruptur untuk menghindari memasukkan organisme
menuju janin di dalam lingkungan intrauterus. Lubrikan tidak digunakan karena
dapat mengubah temuan. Faktor berikut mengindikasikan ruptur ketuban :
- Tetesan / aliran kecil cairan amnion melewati serviks
- Berkumpulnya cairan di liang vagina
- Kertas nitrazin menunjukkan reaksi basa terhadap cairan vagina (berubah menjadi warna biru, kurang lebih pH-nya 7,15)
- Gambaran pakis cairan vagina jika dikeringkan pada preparat mikroskop dan diperiksa secara mikroskopik.
Berbagai zat dan kondisi dalam vagina dapat mengubah keajuratan pemeriksaan
ini :
- Hasil negatif palsu semua hasil pengukuran dapat terjadi jikaketuban sudah ruptur dan bocor selama waktu yang lama, atau jika selaput ketuban bocor dari suatu tempat di atas bagian presentasi dan hanya terdapat cairan minimal didalam vagina pada saat pemeriksaan.Hasil positif palsu nitrazin dapat terjadi ketika kertas terkontaminasi dengan darah, semen, lendir serviks, urine, air mandi, antiseptik yang basa, atau lubrikan larutan air.
- Gambaran pakis positif palsu akan muncul jika lendir serviks atau darah mengontaminasi spesimen pada preparat. Gambaran pakis lendir serviks tampak “lebih berbentuk bungan,” dan gambaran pakis darah tampak “lebih seperti kerangka” daripada gambaran pakis cairan amnion. Mekonium, pH vagina dan darah dalam cairan amnion ( hingga 20% ) tidak akan mengubah gambaran pakis.
Selama pemeriksaan spekulum di vagina, sediian basah dari sekret vagina
dapat disiapkan dengan menempatkan sedikitnya di sebuah preparat, yang ditetesi
Salin Normal kemudian tutup dengan lembaran penutup. Sel petunjuk, bakteri, sel
darah merah, trikomonas, dan sperma dapat terlihat. Preparat lain dibuat dengan
larutan kalium hidroksida (KOH) 10%. Bau amine setelah menempatkan KOH
mengesankan vaginosis bakteri. Jamur atau pseudohifae kandida lebih muda
terlihat pada penggunaan KOH.
5. CARA
MENGHINDARI
Untuk menghindari komplikasi yang serius dari
keputihan (fluor albus), sebaiknya penatalaksanaan dilakukan sedini mungkin
sekaligus untuk menyingkirkan kemungkinan adanya penyebab lain seperti kanker
leher rahim yang juga memberikan gejala keputihan berupa sekret encer, berwarna
merah muda, coklat mengandung darah atau hitam serta berbau busuk.
Penatalaksanan keputihan tergantung dari penyebab
infeksi seperti jamur, bakteri atau parasit. Umumnya diberikan obat-obatan
untuk mengatasi keluhan dan menghentikan proses infeksi sesuai dengan penyebabnya.
Untuk keputihan yang ditularkan melalui hubungan seksual, terapi juga diberikan
kepada pasangan seksual dan dianjurkan untuk tidak berhubungan seksual selama
masih dalam pengobatan. Selain itu, dianjurkan untuk selalu menjaga kebersihan
daerah intim sebagai tindakan pencegahan sekaligus mencegah berulangnya
keputihan yaitu dengan :
1. Pola hidup sehat
yaitu diet yang seimbang, olah raga rutin, istirahat cukup, hindari rokok dan
alkohol serta hindari stres berkepanjangan.
2. Setia kepada
pasangan. Hindari promiskuitas atau gunakan kondom untuk mencegah penularan
penyakit menular seksual.
3. Selalu menjaga
kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap kering dan tidak lembab
misalnya dengan menggunakan celana dengan bahan yang menyerap keringat, hindari
pemakaian celana terlalu ketat. Biasakan untuk mengganti pembalut, pantyliner
pada waktunya untuk mencegah bakteri berkembang biak.
4. Biasakan membasuh
dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari arah depan ke belakang.
5. Penggunaan cairan
pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena dapat mematikan flora normal
vagina. Jika perlu, lakukan konsultasi medis dahulu sebelum menggunakan cairan
pembersih vagina.
6. Hindari penggunaan
bedak talkum, tissue atau sabun dengan pewangi pada daerah vagina karena dapat
menyebabkan iritasi.
DAFTAR PUSTAKA
Ida Bagus Gde Manuaba. 1995. Ilmu
Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan.
Jakarta : EGC Penerbit Buku Kedokteran
Bagus Gde
Manuaba, Ida. 2004. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi, E/2.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
L. Willms,
Janice dkk. 1994. Diagnosis Fisik : Evaluasi Diagnosis Dan Fungsi di Bangsal.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Muslim, M.
2005. Parasitologi Untuk Keperawatan. Jakarta : Buku kedokteran EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar